Tuesday, February 12, 2013

Mio FFA

Yamaha Mio, Joki Baru Pecahkan Rekor Super FFA


Dulu Yamaha Mio ini dibesut joki lawas tim drag bike Tomo Speed Shop. Macam Syaiful Cibef, M. Ramzi dan Imam Ceper. Cuma posisi 2 atau lebih. Tapi, dibetot Muhamad Hendra ‘kecil’ Dely, pecahkan rekor baru di 2 kelas sekaligus. Super FFA matik dan Super FFA pada Drag bike TDR YSS Comet DID 2011 di Jogja.

Meski baru 13 tahun, Hendra yang event ini baru gabung di Tomo Speed Shop bikin geger balapan. Pasalnya, 2 rekor baru langsung dipecahkan dengan waktu 7,040 detik kelas super FFA matik dan 7,055 detik kelas super FFA.

“Ada 3 hal yang bikin rekor baru tercipta. Pertama bobot Hendra cuma 27 kg, lebih ringan dari ketiga pembalap saya. Kedua, dia pintar saat start, meskipun alat untuk start termasuk susah. Ketiga, pilih skubek bore up 300cc dan bukan 350cc,” aku Utomo Tjioe alias Tomo bos Tomo Speed.

Pun begitu, Tomo tidak memberikan setingan mesin Mio bore up 300 cc untuk Hendra lebih galak di putaran bawah. Jusrtu sebaliknya, dengan bobot joki ringan power mesin dimaksimalkan mulai putaran tengah ke atas.

“Kalau galak di putaran bawah, dengan bobot joki ringan takutnya gak bisa kontrol gas. Ban gampang sliding yang dapat menyebabkan hilangnya waktu,” imbuh Tomo yang mengaku pasang rasio kompresi 11 : 1.

Rasio kompresi tak terlalu tinggi buat kejar putaran tengah ke atas, didapat dari piston diameter 66 mm LHK forging yang dicustom ulang kepalanya. Kata Tomo, piston asli rata itu dibikin agak membumbung dan dibuatkan coakan payung klep.

Selain atur ulang kubah, posisi piston yang terhubung setang piston asli (57,9 mm) dan geser stroke 14mm (jadi 86mm), dibikin agak mendam sekitar 2 mm setelah paking silinder bawah diganjal paking almu setebal 3,5cm.

Lalu volume silinder murni 294cc itu disuplai gas bakar karbu NSR SP reamer 34mm dengan setingan spuyer 135/45. Cuma biar debit gas bakar yang masuk dan sisa gas bakar dilepas sesuai kebutuhan mesin, aliran masuk dan buang diatur kem ubahan produk aftermarket.

Secara teknis, pemilik speed shop di Bendungan Jago Raya No. 6-7, Kemayoran, Jakarta Pusat ini mengaku tidak tahu persis ukuran yang tepat berapa derajat durasi dan LSA kem yang dipakai di motornya. Cuma sebagai patokan, tinggi lift kem yang pernah diukur jaraknya ada sekitar 27mm dengan lebar pinggang bubungan 19mm.

“Yang paling baru, diameter payung klep in 34mm dengan diameter batang 5mm dan klep ex 30mm dengan diameter batang 4,5mm bahannya stainless merek SPS. Selain lebih ringan, saat panas enggak gampang berubah bentuk. Performa juga tetap terjaga,” aku Tomo yang gunakan knalpt TSS buat lepas sisa gas bakar.



DATA MODIFIKASI
Ban depan : IRC 45/90-17
Ban belakang : Eat My Dust 50/100-17
Roller: LHK 11 gram
Kampas ganda : LHK
CDI : Sepco

Friday, February 8, 2013

RX Z Over Power Power

Perfoma Yamaha RXZ tim Pamungkas Speed asal Sleman, Jogjakarta ini boleh diplot terkencang saat ini. Tentu saja, mengacu pada prestasi yang diukir sang joki, Muslih Wuri dalam kelas Sport 2 Tak Tune Up s/d 140 cc ataupun saat ikutan bermain di Sport 2 Tak Tune Up s/d 155 cc. Terbukti catatan waktu yang ditorehkan bermain di angka spesial 7,5 hingga 7,6 detik dalam menu lintasan 201 meter.

Diinvestigasi lebih lanjut sebagai salah satu rahasia settingan, maka hitungan perbandingan rasio tergolong nyeleneh dibanding yang lain. Utamanya rasio I dan II yang mengaplikasi angka 30-16 (1,87) dan 31-22 (1,40).

“Jadi ini buatan lokal, bukan rasio Malaysia atapun milik YZ 250 lawas yang banyak dipakai tim-tim yang bermain dengan RXZ. Intinya dibuat lebih berat lagi karena kelebihan power,“ terang Pamungkas, akrab disapa Ndawir yang bermarkas di Jl. Kaliurang Km. 13 Jogjakarta.

Angka rasio menentukan handling dragster. Jika memang menyulitkan harus diramu ulang. Perlu dipahami, rasio tersebut merupakan gawean Win’s Racing yang berbasecamp di Jl. Raya Jogja-Magelang, Pabelan. Sebagai komparasi saja, rasio Malaysia untuk I ialah 31-14 (2,21) dan II nya 31-21 (1,47). Silahkan cermati angka yang ada dalam kurung. Semakin kecil, maka karakter powernya semakin berat dan sebaliknya jika makin besar dipastikan lebih responsif.

Seterusnya untuk rasio III (25-20), IV (24-22) dan V (23-23) sama saja dengan rasio Malaysia. Hanya rasio VI yang berbeda dimana diadopsi 22-24 (0,91), sedang produk Malaysia 27-25 (1,08). Lagi-lagi, memiliki ciri perbandingan yang lebih berat. Cerita masalah rasio, tentu saja merupakan langkah akhir dari urusan korek mesin.  Terutama setelah mengupgrade ruang bakar, termasuk kompresi.

Dalam konteks ini, perlu juga dipahami rahasia dapur pacu dua topik tersebut. Mulai dengan exhaust yang tingginya dibuat 25,5 mm dari bawaan asli yang 29 mm. “Bentuknya mirip kepunyaan YZ 85 seperti kipas. Untuk transfer 41,5 mm,“ ujar Ndawir yang menggunakan pula kopling house YZ 85 dengan dukungan 5 per dibanding
RXZ yang 4 buah.

“Efek lubang buang ini, topspeed selalu isi. Ini yang menjadi nilai lebih RXZ saya,“ timpal Muslih Wuri bisa dikontak di HP 08159419989 dan 081392987988. Pengapian all-in menggunakan Yamaha YZ 125 lansiran 2002. “Agar lebih baik dalam akselerasi, maka timing digeser 18 derajat sebelum TMA (Titik Mati Atas). Titik ledak lebih maju,“ tambah Ndawir yang pede dengan perbandingan kompresi 9 : 1 dimana volume ruang bakarnya 10,9 cc. | ogy

SPEK KOREKAN :
KARBURATOR : Keihin PWM 38 MAIN JET : 150 PILOT JET : 55 PISTON : Oversize 100 PENGAPIAN : YZ 125 (2002) KOPLING HOUSE : YZ 85 KNALPOT : AHM FINAL GEAR : 13-40 (201 M)

Sunday, February 3, 2013

Yamaha Vega, Setingan Ala Road Race

Yamaha Vega, Setingan Ala Road Race


Yamaha Vega oranye ini kencang bermain di trek lurus 201 meter kelas bebek s/d 130 cc 4-tak tune up. Catatan waktu yang diraih dari tiga joki berbeda (Hendra Kecil, Eko Chodox dan Tony Chupank) selalu bermain di 8,2 detik. Ketika bermain di Pertamina Enduro Pertamax Corsa Dragbike Championship 2011 dua minggu lalu di Kemayoran, Jakarta Pusat. Hendra kecil juara 1.

Tak lepas dari ramuan seting ala Jupiter di IP1 (IndoPrix) atau MP1 (MotoPrix) yang sentuh batasan 130 cc. Apalagi, di belakang layar terdapat salah satu mekanik kondang. Yaitu, Haris Sakti alias Mletis. “Ini proyek iseng. Kebetulan ada sedikit waktu,” ungkap pria punya workshop MBK2W di Jogja.

Tunner muda yang punya bakat ini, meracik Vega agar punya power dan torsi besar di putaran bawah. Seperti disebut di atas, seting yang diterapkan tak ubahnya engine buat road race.

"Bisa dibilang, hampir semua part diganti pakai milik Jupiter. Perbedaan paling signifikan ada di rasio,” beber tunner yang juga bergabung di tim Yamaha Yamalube FDR KYT Trijaya itu.

Perbandingan gigi rasio, dibuat lebih berat. Tujuannya, buat mencegah power liar ketika start. Untuk gigi I, main di 14/34 mata. Gigi II, 16/28 mata. Gigi III, tetap pakai standar Jupiter. Yaitu, 21/29 mata. Sedang gigi IV, pilih kombinasi 23/26 agar napas bisa habis sebelum garis finish.

Tapi, belum lengkap rasanya kalau belum bicara dapur pacu! Karena selain rasio, engine juga penentu kemenangan. Mletis andakan piston Daytona diameter 55,25 mm dikombinasi stoke 54 mm. Hasilnya, isi silinder keseluruhan bermain di 129, 1 mm.
Tinggi dome piston dibuat jadi 3 mm. Itu karena head silinder tak terlalu dipapas habis. Ya, cuma 0,7 mm. Akibatnya, perbandingan kompresi yang tercipta melonjak hingga 13,8 : 1. Tentunya, kudu pakai bensol tuh.

Untuk mengejar power bawah agar mampu melesat cepat, magnet Jupiter dipangkas bobotnya hingga tersisa 500 gram. Begitu juga untuk balancernya, bobotnya dibuat sama.

Itu untuk putaran bawah! Tapi, buat kejar putaran atas, tunner yang sukses di dunia road race ini bermain di bagian klep. Pakai klep Honda Sonic, bukan diameter yang dikejar. Melainkan, bobot klep.

Klep isap yang 28 mm, dipangkas bobotnya hingga berkurang 6 gram. Sedang klep buat yang 24 mm, bobotnya dipangkas 4 gram. “Pencapain rpm bisa lebih cepat. Selain itu, bisa pakai per lebih empuk dan bikin kem awet,” kata Mletis sembari bilang durasi kem main di 272º-274º. LSA, sekitar 103º.

Melengkapi kombinasi klep ringan, sengaja tak pilih Mikuni TM 28 mm. Tapi lebih andalkan Keihin PWK 28 mm. “Kotak terlalu spontan. Karena rpm bawah sudah didapat dari part lain. Sedang PWK cenderung main di putaran atas,” tutup pria kelahiran Jogja 1986 itu.

Main-jet dan pilot-jet, diseting agak basah. Yaitu, 118/ 65. Lewat semua seting yang diterapkan, kombinasi final gir 13/31 mata mampu melesatkan Vega ini terus menjadi juara tercepat!  (motorplus-online.com)

DATA MODIFIKASI
Ban depan : Eat My Dust 45/80-17
Ban belakang : Eat My Dust 45/90-17
CDI : Rextor Pro Drag
Karburator : Keihin PWK28 mm
Setang : SPS Racing

ABDO'S RACING



P-NEW ABDO'S Bengkel Jalan Raya Wonoker to Bantur 1 km Selatan Pasar Wonokerto